Rabu, 02 Oktober 2013

My Life and You


Usia baru 5 tahun ketika pertama kalinya aku tertarik pada lawan jenis. Namanya Rio. Jangan bayangkan pertemuan yang dramatis, karena caraku menyukainya sangat simple. Dia tertidur di kelas saat jam pelajaran, dan Bu Umi –nama guruku- memarahinya di depan kelas. Dan sejak saat itulah dia menjadi cinta pertamaku.
Apa? Cerita selanjutnya? Ya itulah akhirnya. Apa yang kalian harapkan dari kisah cinta anak TK? rasa sukaku bertahan sampai aku berusia 9 tahun. Jangan tertawa, aku tahu ini sangat konyol.
oOo
Kisah cinta keduaku dimulai sejak kelasku kedatangan murid baru. Tinggi, berkulit coklat khas pribumi, dan seorang atlit. Dia adalah atlit kebanggan sekolah, mulai dari sepakbola, bulu tangkis, voli, sampai lari. Kurangnya hanya satu, dia sangat lemah di akademik. Setiap ada tugas, maka dia akan mencariku, dan menyalin tugasku.
Hubungan kami sangat stabil alias tidak ada perkembangan. Hampir setahun kami habiskan dengan PDKT, namun tak banyak hasil yang berarti. Sampai ketika kami duduk di kelas 6 Sekolah Dasar, akhirnya kami berpacaran. Namun tidak bertahan lama, 2 bulan kemudian kami putus.
Kita terlalu berbeda.” Itu yang dia katakan. Bagaimana tidak? Selisih usiaku dengannya hampir 5 tahun, jangan Tanya kenapa kami bisa sekelas. Itu karena dia sering tidak naik kelas dan suka berpindah sekolah. Dan lagi kegemaran kami berbeda, dia sangat suka olahraga, dan aku sangat sangat dan sangat benci olahraga. Jika disuruh memilih, aku akan memilih membaca buku daripada berpanasan di lapangan.
7 November, 16 hari sebelum ulang tahunnya, hubungan kami berakhir. Namun kami tetap bersahabat dekat. Bahkan beberapa temanku bilang, kami lebih dekat saat menjadi sahabat. Oh iya, namanya Awan, Agus Setiawan.
oOo
Semester genap selanjutnya, hari-hariku diisi dengan kegiatan bimbel. Pagi, siang, sore, malam aku mempersiapkan diri untuk menghadapi Ujian Nasional. Tapi bukan berarti hatiku kosong. Yogi Prananda. Dia temanku di bimbel, namun berbeda sekolah. Kedekatan kami hanya karena kami sering terlambat dan akhirnya duduk di pojokan berdua.
Dia tipe pria baik-baik, bahkan aku berani bertaruh kalau dia tidak pernah membolos. Dia sangat baik, cenderung bisa dikerjai malah. Dan sebenarnya dia tipe pemalu. Itulah alasan kenapa Yogi tidak pernah mengikat hubungan kami.
Aku pengen punya status yang jelas sama kamu. Aku ngga mau diejekin sama anak-anak terus, padahal kita ngga ada hubungan apa-apa.” Protesku saat kami terjebak di tempat bimbel, karena sore itu hujan turun sangat deras.
Apa pentingnya sih? Toh perasaanku ngga perlu pake status. Yang penting aku peduli sama kamu.”
Tapi tetep aja aneh. Liat deh Rian sama Rivo, hubungan mereka jelas.” Jawabku ngotot. Tentu saja aku iri, Rivo kan rival terberatku. Dan Yogi hanya tertawa sambil mengacak rambutku.
Jangan mudah iri. Aku sayang kamu, bawel.”
Dan pembicaraan kami berakhir karena jemputanku sudah datang.
Dan hubungan kami tetap begitu. Dekat dan tanpa status. Namun semuanya berubah saat keluargaku membuat keputusan mendadak. Keluargaku harus pindah ke kota lain, secepatnya. Esoknya aku memberi tahu kabar itu kepada Yogi, dan dia hanya diam.
Dan sejak saat itu, dia menghindariku. Jangankan ngobrol, bertemu dengannya saja sangat sulit. Seluruh teman-temanku hanya mengernyit bingung. Beberapa dari mereka mendekatiku, menanyakan apakah aku dan Yogi putus. Aku hanya mampu tersenyum lemah. Aku bisa menjawab apa?
Hingga akhirnya setelah ujian terlewati, dan semua urusan sekolahku selesai, keluargaku pindah. Dan aku tetap tidak bertemu Yogi, sampai sekarang.
oOo
10 tahun telah berlalu. Aku masih mengingat Yogi dengan jelas, meski aku tak yakin kalau aku masih mencintainya. Aku menyadari bahwa kisahku dengan Yogi tidak lebih dari sebuah cinta monyet, meski terkadang aku masih merindukannya. Aku masih penasaran dengan alasan dibalik diamnya dia.
Oek~ Oekk~” suara tangis bayi membuyarkan lamunanku. Ah, bukannya aku tadi sedang mengganti popok Thea, kenapa bisa melamun.
Sabar sebentar sayang.” Aku segera memasang popok baru dan segera menggendong bayi cantik ini ke pelukanku. Usianya baru 6 bulan, tapi aktifnya melebihi balita. Dan dia tidak akan pernah membiarkanku tidur nyenyak di malam hari.
Thea bangun lagi?” suara berat di belakangku membuatku menoleh. Aku menganggukkan kepala pelan. Lalu kembali menimang Thea.
Anak ayah nakal sekali.” Tangan besar itu mengusap rambut Thea dengan sayang. “Kasihan bunda sayang, lihat kantong matanya tuh.” Aku segera mencubit pinggang pria di sampingku dengan kencang, membuatnya menjerit kesakitan.
Tidur lagi sana, ngapain ikut bangun?”
Aku mau nemenin kamu aja.”
Besok kamu kuliah pagi kan? ”
Aku mau bolos besok, aku mau ngajak Thea jalan-jalan. ”
Jangan aneh-aneh! Kapan selesai kuliahmu kalau bolos terus?”
Tapi aku beneran males, bunda~”
Jangan pake nada kayak gitu!”
Bunda~”
Josua!”
Oeekk~ Oeekk~” aku sontak terdiam saat mendengar putri kecilku kembali menangis. Josua dengan cepat mengusap rambut Thea agar kembali tertidur. Tak lama kemudian, Thea kembali tertidur pulas. Aku segera menidurkannya di boks bayi, dan kembali ke ranjang.
Aku tidur disini ya?” deritan ranjang menandakan Josua ikut naik ke ranjangku. Aku hanya bergumam malas dan segera memeluk guling.
Ahhh, mimpi indah aku datang!
oOo
Thea Anindya Putri. Malaikat yang lahir untuk melengkapi hidup kami. Josua? Dia adik tingkatku di kampus, dia ayah Thea, tapi bukan ayah biologis. Hubunganku dengannya? Entahlah, aku juga tidak paham dengan hubungan kami. Tapi kenyataan bahwa kami sudah menikah memang tidak bisa dipungkiri. Aku bertemu Thea ketika sedang dirawat di rumah sakit dan mendengar berita bahwa Thea ditinggalkan oleh orang tua kandungnya. Dan tiba-tiba saja aku ingin merawatnya. Membesarkannya seperti anakku sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar