Rabu, 28 Desember 2011

When Demon Kill Angel

Arrghh!!! Kenapa kantin hari ini ramai banget sih? Padahal biasanya kantin belakang sangat sepi. Memang ada dua kantin di SMA ini. Satu di depan dan satu di belakang. Biasanya anak-anak lebih suka makan di kantin depan. Tapi entah kenapa hari ini kantin belakang benar-benar ramai.  Ini benar-benar membuatku gila. Kuraih tas punggung bergambar demon. Kurapikan bajuku dan segera aku bersiap untuk pergi sampai sebuah suara menahanku.
“Eh Arie, kamu mau kemana? Gabung bareng kita yuk!” tawar seorang gadis sambil tersenyum.
“Makasih deh Cin. Tapi kayaknya temen-temen kamu pada nggak suka tuh kalo aku gabung sama kalian.” Jawabku ringan sambil menunjuk ke arah teman-teman Cintya yang mukanya ditekuk.“aku duluan ya Cin. Makasih buat tawarannya.” Ujarku sambil melangkahkan kakiku keluar kantin.
Males banget gabung sama mereka. Sukanya ngegosipin cowok sama barang-barang terbaru. Bikin bete. Padahal cowok ngga suka sama cewek yang suka ngerumpi. Tapi kenapa mereka masih aja suka ngerumpi. Dasar cewek!
~~~
“Eh kalian ramah sedikit ke Arie kenapa sih?” tanyaku kesal pada teman-temanku. “kasihan dia itu ngga punya teman.”
“Eh Cintya yang manis, kenapa kamu belain dia? Orang aneh gitu. Sukanya ama demon. Trus gayanya sok cool lagi. Bikin eneg. Sok kecakepan banget. Dia kira dia cakep apa? Apalagi omongannya itu loh bikin hati aku kanker stadium lanjut.” Jawab seorang temanku yang membuatku tambah kesal. Jujur saja. Aku bersimpati dengan Arie dan aku yakin sebenarnya dia itu ramah.
“Eh aku duluan ya. Mau ke perpus nih. Bye.” Ujarku cepat dan langsung berlari keluar. Aku terus berlari sampai ke taman sekolah. Ternyata tidak ada siapa-siapa di taman.
“Dimana ya dia? Padahal aku yakin dia ada disini.” Ujarku dengan nada kecewa.
“kamu nyari aku?” sesosok tubuh keluar dari belakangku. Kaget, itu yang kurasakan. Aku tidak menyangka cowok itu berada dibelakangku.
~~~
Aku asyik membaca novelku sambil bersembunyi di balik semak-semak di taman sekolah. Hari ini aku berniat untuk menjauhi semua keramaian. Tiba-tiba ada yang datang ke taman sambil berlari.
“siapa sih datang pake lari-larian? Gangguin orang aja.” Sungutku kesal sambil melangkah keluar dari semak-semak. Ternyata dia Cintya.
“kamu nyari aku?” tanyaku sambil mata elangku trus mengawasinya. Hm mukanya sekarang merah sekali seperti kepiting rebus.
“hm iya. Tadi aku nyariin kamu. Ngapain kamu baca buku di semak-semak? Bukannya ada kursi?” tanyanya sambil menatapku heran.
“apa pertanyaan itu perlu aku jawab?” tanyaku sambil melangkah duduk di kursi taman. Cintya berjalan pelan sambil mengikutiku.
“ada perlu apa kamu nyari aku?” tanyaku sambil terus memperhatikannya yang aku yakin akan membuat mukanya semakin memerah. Dan benar saja, mukanya memerah. Hm aku suka ekspresinya itu.
“ada yang mau aku tanyain ke kamu. Tapi kamu harus janji jawab dengan jujur dan ngga marah sama aku. Gimana?” Tanya dengan tatapan berharap.
“Oke!” jawabku singkat.
“Kamu kenapa seolah ngga pengen gabung sama temen-temen yang lainnya? Kenapa kamu bersikap seperti ngga pengen temen-temen deketin kamu? Kenapa kamu ngga mau deket-deket sama keramaian?” tanyanya beruntun
“hey kalo Tanya satu-satu dong. Bingung aku jawabnya. kenapa ya? Kenapa ngga kamu cari tau jawabannya sendiri?” tanyaku balik yang membuat dia semakin penasaran.
~~~                                                                                 
Hm berada di dekatnya membuatku nyaman. Dia mulai merubahku. Membuat hatiku yang awalku beku menjadi hangat karena kehadirannya. Perlahan-lahan rasa itu mulai tumbuh di hatiku dan di fikiranku selalu dia. Tapi aku tahu, rasa ini salah. Mungkin seharusnya aku tidak menyimpan dendam dan membiarkan hidupku tenang. Tapi semua ini terlalu menyakitkan untukku.
Kedua orangtuaku tewas di tangannya hanya karena persaingan bisnis. Hidupku mulai hancur sejak saat itu. Padahal aku baru berumur 8 tahun. Akhirnya aku diserahkan di panti asuhan sampai akhirnya aku diadopsi oleh keluarga kaya yang sangat menyayangiku. Tapi aku tetap tidak melupakan segalanya. Aku terus bertekad untuk membalaskan semua yang kurasakan.
Sampai akhirnya aku bertemu dengan putri kesayangannya. Ya, kau pasti tau. Cintya, dia yang akan membantuku membalaskan dendamku pada ayahnya. Aku tahu hatinya seperti malaikat, berbeda denganku yang berhati iblis. Tapi dia mencintaiku dan aku tau dia tidak akan pernah curiga padaku. Aku bisa lakukan segalanya. Meski aku mulai mencintainya. Aku akan menahan rasa cinta ini dan melupakannya.
~~~
Segera aku berlari menghampiri Arie yang baru turun dari mobilnya. Hm kenapa sorot matanya aneh. Ini tatapan matanya saat pertama kali bertemu denganku. Kenapa dia?
“eh kamu kemana aja sih? Aku telfonin dari semalem kenapa ngga diangkat? Kamu sakit?” Tanyaku sambil meraba keningnya. Tapi tanganku langsung ditepisnya.
“ngga usah sok baik ama aku. Lagipula kamu siapa? Kamu bukan nyokap aku kan?” jawabnya ketus sambil berjalan meninggalkannya. Ini bukan Arie. Kenapa dia?
“arie…arie tungguin dong. Kamu kenapa sih? Demam ya?” tanyaku penuh kekhawatiran.
“aku ngga apa-apa. Cuma aku lagi males ngobrol sama kamu. Jadi jauhin aku. NGERTI!” teriaknya yang membuat wajahku berubah pias.
~~~
Ini benar-benar aneh. Kenapa Arie berubah lagi? Padahal sebelumnya dia sudah mulai membuka dirinya untuk berteman dengan anak-anak yang lain. Pasti ada yang salah dengan dirinya.
Tak terasa hari sudah semakin sore. Seharusnya aku sudah berangkat les. Tapi pikiranku masih belum mau diajak kompromi. Sampai akhirnya hpku bergetar pelan. Ternyata Arie. Yes! Akhirnya Arie mau menghubungiku juga.
Cin, bs dteng k tman pinggir kta sore ini jm 4?
Segera kuketik balasan untuknya.
Ok. Tunggu ya.
Segera aku mengganti bajuku. Aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya. Membayangkan senyumnya yang manis membuatku semakin kangen dengannya. Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku bisa kangen padanya?
~~~
“katanya disuruh datang jam 4? Kenapa malah dia yang belum datang sih! Dasar Arie nyebelin!!!” kesalku sambil menghentak-hentakkan kakiku ke tanah.
“siapa yang bilang nyebelin?” Tanya seseorang yang keluar semak di depanku sambil menatapku dengan tatapan dinginnya.
HUP
“aku kangen banget sama kamu. Kenapa sih akhir-akhir ini kamu nyuekin aku? Aku ada salah sama kamu?” tanyaku sambil mempererat pelukanku.
“maaf. Tapi kamu ngga salah apa-apa kok. Aku Cuma lagi butuh waktu untuk nenangin diri. Lebih baik kita selesaikan semuanya sekarang.” Jawabnya lirih.
“maksud kamu apa?”
“maafin aku Cin. I love you.” Ya ampun! Ini mimpi kan. Arie nembak aku!!! Mimpi apa aku semalem! Ingin buru-buru kubalas perkataannya, namun sesuatu yang tajam sudah menusuk perutku.
“Arie, kenapa…”
“maafin aku. Aku harap kamu tenang di surga, dan makasih buat semuanya.” Ujarnya sambil melepaskan tubuhku yang langsung merosot jatuh. Jadi ini rasanya? Sakit,sakiiittt sekali. Tapi setidaknya aku tau, cintaku tidak bertepuk sebelah tangan.
“i…love…you…too…”
Lalu semuanya meredup, dan semuanya menghilang.

Salatiga, 3 desember 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar